My World in Ara

Snow adalah karya Orhan Pamuk pertama yang aku baca meski bukunya yang paling terkenal adalah My Name Is Red. Dengan title peraih nobel sastra, aku sangat bahagia saat menemukan karya Orhan di antara buku prelove di Toko Sarang Buku Bekas Rasuna, Jakarta.

Sumber : Google Pic Ini sebuah kisah tentang kakek dan nenek yang duduk di tepi sungai Nenek itu tengah merenung dan menatap pantulan air Di sana ada dirinya Tampak tua, jelek, dan sakit Mungkin mendekati ajal Kakek yang melihat itu diam saja Namun hatinya menyayangkan "kenapa nenek menua secepat itu?" Padahal kakek sendiri masih bugar dan sehat

Nah, kali ini saya akan sharing sedikit tentang buku yang berisi surat-surat Sang Bapak Proklamator kita yaitu Ir. Soekarno ketika sedang mempelajari dan memahami nilai-nilai Islam. Ir. Soekarno memang secerdas itu di masa orang-orang lain hanya terus terbawa arus. Beliau merupakan orang yang 100% merdekanya. Bukan hanya raganya, lisannya, namun benar-benar bagian terkecil dirinya pun bisa dibilang merdeka. Speechless  dijamin.

Sumber : Google Pics Karena di tempat ini, Jika tidak munafik, tidak napas Maka tawa palsu Pujian dusta Janji kosong Semua sudah biasa Sesama kawan saling bergunjing Saking serunya sampai berlomba Tidak ada sejoli Tidak ada teman setia

   Sumber : Google Pics Seorang remaja bertanya, Hai, Kak, benarkah kita sudah merdeka? Tentu saja, jawabku Mengapa? Dia membisu, namun bulir air matanya bicara

Sumber : Google Pic Kita ada di tahun... Di mana kabar duka bukanlah barang langka Di mana sirene rasanya selalu bergema Kapankah pandemi kali ini akan mencapai epilog?

Sumber : Google Pic Bibirmu enteng bilang merdeka? Saat para pemimpin membatasi bacaanmu, namun kau malah 'iya-iya' saja? Kepalan tanganmu teguh bilang merdeka? Saat orang yang sama membatasi pergaulan sosialmu, namun kau masih nurut saja?