Aku terus berjalan terengah-engah di tengah malam buta. Pepohonan di kiri-kanan yang seharusnya kelihatan menyeramkan, sekarang seolah menjadi penenang. Semakin mendekat ke arah cahaya itu, suara keributan semakin terdengar. Suara teriakan, amarah, dan tawa seolah berpadu menjadi iring-iring kejahatan. Aku berhenti dan menoleh ke arah kedua temanku, mengerti mereka juga merasakan hal yang sama. Keheningan di antara kami terasa begitu kaku dan mencekam, hingga kudengar suara salah satu dari mereka, "Ayo."