Makrab Teknik Kimia Unmul 2015 Part I
Makrab. Bagi mantan pelajar yang dulunya aktif di sekolah, mungkin tidak asing lagi dengan yang namanya makrab. Makrab atau bisa disebut malam keakraban, merupakan tradisi tetap bagi suatu organisasi atau eskul ataupun unit kegiatan untuk saling mengenal dan mengakrabkan diri satu sama lain.
Makrab telah diatur sedemikian rupa, berorientasi pada keakraban, dan pastinya dilaksanakan pada malam hari.
Berbeda dengan orang yang aktif dalam organisasi, saya hanyalah orang baru yang mencoba terjun dalam keorganisasian. Dan pada kesempatan ini, saya yang merupakan seorang pemula, langsung ditugasi menjadi panitia makrab, merupakan suatu hal yang tidak terduga-duga sebelumnya.
Saya menyadari jika kemampuan saya belumlah seandal teman-teman yang sudah aktif dalam organisasi, sehingga saya tidak memiliki keberanian untuk mengajukan diri sebagai koordinator. Pada akhirnya, saya mendapati tugas sebagai anggota seksi konsumsi, seksi yang terlihat membosankan pada awalnya.
Terpilihnya saya menjadi panitia sama artinya dengan mengurangi waktu belajar dan istirahat, namun itu bukan masalah, karena saya sudah bertekad tidak ingin jadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang).
Awalnya saya tidak memiliki gambaran sama sekali mengenai kondisi makrab, apa yang akan kami tampilkan, dan terutama konsumsi selama acara berlangsung. Namun setelah mendapat pencerahan dari beberapa orang kakak tingkat, saya berpandangan bahwa makrab kali ini harus berbeda dengan makrab sebelumnya.
Tema makrab kali ini adalah "Jalin Silaturahim, Eratkan Persaudaraan" yang merupakan ide dari seksi acara. Walaupun menurut saya temanya kurang menarik (yang namanya makrab pasti menjalin silaturahim, jadi tidak perlu dijadikan tema), namun yang paling penting adalah isi acara itu sendiri.
Dari pendapat yang telah saya kumpulkan dari beberapa sumber, kondisi pada makrab umumnya sama dan ritme acaranya pun kurang-lebih sama. Jadi dengan bantuan ide dari seorang kakak tingkat yang luar biasa, saya mengusulkan bahwa konsumsi yang dulunya selalu snack kotakan diganti dengan bakar-bakar, atau semacam barbeque.
Mulanya saya mengira semua berjalan lancar (walaupun menyadari bahwa koor konsumsi tidak sepenuhnya yakin dengan ide tersebut), kami merancang konsep dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk barbeque. Yang paling berkesan adalah saat menentukan pembakaran model apa yang akan kami gunakan, dan awalnya kami akan menggunakan batu bata yang disusun dan diberi arang di tengahnya. Namun, berbagai problem bermunculan, dan saat kami survey keliling pasar, saya mendapat ide untuk membeli pembakaran. Setelah nego panjang, akhirnya kami mendapatkan pembakaran yang cukup besar dengan harga Rp.50.000,-/pcs dari yang mulanya Rp.125.000,-/pcs.
Setelah masalah pembakaran beres, kami juga sudah menemukan menu yang sedap, yaitu sosis bakar dan pentol bakar, kami tinggal merencanakan peletakan dan posisi yang pas untuk bakar-bakar. Namun, kami ditimpa masalah baru, yaitu SC (Sharing Committee) yang mengatakan bahwa ide kami terlalu ribet dan tidak menyadari orientasi makrab yang sesungguhnya. Walaupun koor konsumsi sempat goyah dan ingin mengganti rencana, saya berhasil meyakinkannya dan tetap lanjut pada rencana awal.
Masalah berlanjut dengan kemungkinan tidak diizinkannya kami melaksanakan makrab di kampus karena adanya miss communication antara himpunan, dekan, dan rektor, padahal makrab akan dilaksanakan tiga hari lagi. Saya sempat curiga hal ini hanyalah rekayasa untuk mengetes kesigapan kami sebagai panitia. Saya mengorek keterangan dari teman seangkatan yang berurusan, dan dari alumni yang beranggapan bahwa hal tersebut tidak wajar. Namun setelah selidik sana-sini, saya menyimpulkan bahwa hal seperti ini mungkin memang terjadi, walaupun jika diamati lebih seksama terdapat keanehan yang tidak jelas, contohnya yaitu alasan kenapa kami tidak bisa makrab di kampus baru akan diberitahu setelah makrab dilaksanakan. Beruntung salah satu dari kami punya kenalan yang berwenang terhadap gedung KNPI yang cukup luas, sehingga kami boleh menyewanya dengan harga sangat murah.
Di titik ini, saya merasa lega yang luar biasa karena semua masalah sudah terpecahkan. Hingga saya menulis tulisan ini pun, masalah rasanya sudah kami lewati dengan begitu baiknya. Namun ketika masih menulis, handphone saya berdering dan nama teman saya muncul di layar. Dengan malas saya mengangkatnya, dan terdengar suara teman seangkatan saya di Teknik Kimia, mengatakan,
"Ra, kamu sudah beli sosisnya?"
"Belum."
"Gak perlu dibeli. Karena kita dapatnya tempat indoor, bukan outdoor. Jadi menunya kotakan."
Dan setelah itu, saya tidak bisa menjelaskan perasaan saya sekarang ini. Baru saya sadari, saat sendiri, saya tidak setegar seperti saat di depan teman-teman.
Apa yang bisa direncanakan dan dilakukan, padahal makrab tinggal beberapa hari lagi?
Makrab telah diatur sedemikian rupa, berorientasi pada keakraban, dan pastinya dilaksanakan pada malam hari.
Berbeda dengan orang yang aktif dalam organisasi, saya hanyalah orang baru yang mencoba terjun dalam keorganisasian. Dan pada kesempatan ini, saya yang merupakan seorang pemula, langsung ditugasi menjadi panitia makrab, merupakan suatu hal yang tidak terduga-duga sebelumnya.
Saya menyadari jika kemampuan saya belumlah seandal teman-teman yang sudah aktif dalam organisasi, sehingga saya tidak memiliki keberanian untuk mengajukan diri sebagai koordinator. Pada akhirnya, saya mendapati tugas sebagai anggota seksi konsumsi, seksi yang terlihat membosankan pada awalnya.
Terpilihnya saya menjadi panitia sama artinya dengan mengurangi waktu belajar dan istirahat, namun itu bukan masalah, karena saya sudah bertekad tidak ingin jadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang).
Awalnya saya tidak memiliki gambaran sama sekali mengenai kondisi makrab, apa yang akan kami tampilkan, dan terutama konsumsi selama acara berlangsung. Namun setelah mendapat pencerahan dari beberapa orang kakak tingkat, saya berpandangan bahwa makrab kali ini harus berbeda dengan makrab sebelumnya.
Tema makrab kali ini adalah "Jalin Silaturahim, Eratkan Persaudaraan" yang merupakan ide dari seksi acara. Walaupun menurut saya temanya kurang menarik (yang namanya makrab pasti menjalin silaturahim, jadi tidak perlu dijadikan tema), namun yang paling penting adalah isi acara itu sendiri.
Dari pendapat yang telah saya kumpulkan dari beberapa sumber, kondisi pada makrab umumnya sama dan ritme acaranya pun kurang-lebih sama. Jadi dengan bantuan ide dari seorang kakak tingkat yang luar biasa, saya mengusulkan bahwa konsumsi yang dulunya selalu snack kotakan diganti dengan bakar-bakar, atau semacam barbeque.
Mulanya saya mengira semua berjalan lancar (walaupun menyadari bahwa koor konsumsi tidak sepenuhnya yakin dengan ide tersebut), kami merancang konsep dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk barbeque. Yang paling berkesan adalah saat menentukan pembakaran model apa yang akan kami gunakan, dan awalnya kami akan menggunakan batu bata yang disusun dan diberi arang di tengahnya. Namun, berbagai problem bermunculan, dan saat kami survey keliling pasar, saya mendapat ide untuk membeli pembakaran. Setelah nego panjang, akhirnya kami mendapatkan pembakaran yang cukup besar dengan harga Rp.50.000,-/pcs dari yang mulanya Rp.125.000,-/pcs.
Setelah masalah pembakaran beres, kami juga sudah menemukan menu yang sedap, yaitu sosis bakar dan pentol bakar, kami tinggal merencanakan peletakan dan posisi yang pas untuk bakar-bakar. Namun, kami ditimpa masalah baru, yaitu SC (Sharing Committee) yang mengatakan bahwa ide kami terlalu ribet dan tidak menyadari orientasi makrab yang sesungguhnya. Walaupun koor konsumsi sempat goyah dan ingin mengganti rencana, saya berhasil meyakinkannya dan tetap lanjut pada rencana awal.
Masalah berlanjut dengan kemungkinan tidak diizinkannya kami melaksanakan makrab di kampus karena adanya miss communication antara himpunan, dekan, dan rektor, padahal makrab akan dilaksanakan tiga hari lagi. Saya sempat curiga hal ini hanyalah rekayasa untuk mengetes kesigapan kami sebagai panitia. Saya mengorek keterangan dari teman seangkatan yang berurusan, dan dari alumni yang beranggapan bahwa hal tersebut tidak wajar. Namun setelah selidik sana-sini, saya menyimpulkan bahwa hal seperti ini mungkin memang terjadi, walaupun jika diamati lebih seksama terdapat keanehan yang tidak jelas, contohnya yaitu alasan kenapa kami tidak bisa makrab di kampus baru akan diberitahu setelah makrab dilaksanakan. Beruntung salah satu dari kami punya kenalan yang berwenang terhadap gedung KNPI yang cukup luas, sehingga kami boleh menyewanya dengan harga sangat murah.
Di titik ini, saya merasa lega yang luar biasa karena semua masalah sudah terpecahkan. Hingga saya menulis tulisan ini pun, masalah rasanya sudah kami lewati dengan begitu baiknya. Namun ketika masih menulis, handphone saya berdering dan nama teman saya muncul di layar. Dengan malas saya mengangkatnya, dan terdengar suara teman seangkatan saya di Teknik Kimia, mengatakan,
"Ra, kamu sudah beli sosisnya?"
"Belum."
"Gak perlu dibeli. Karena kita dapatnya tempat indoor, bukan outdoor. Jadi menunya kotakan."
Dan setelah itu, saya tidak bisa menjelaskan perasaan saya sekarang ini. Baru saya sadari, saat sendiri, saya tidak setegar seperti saat di depan teman-teman.
Apa yang bisa direncanakan dan dilakukan, padahal makrab tinggal beberapa hari lagi?
bagus juga ra cara kamu nulis. aku suka hehehe
ReplyDelete