Saat Fitrah Menjadi Ujian



Apa pembaca pernah mendengar kalimat,

"Jatuh cinta sebelum menikah itu,,
Ujian."

Mengapa ya disebut ujian? Bukannya cinta itu fitrah? Bukannya cinta itu pengobar semangat? Bukannya dengan cinta, hidup terasa lebih berwarna?

Ya, satu lagi fakta yang mungkin hanya diketahui oleh orang yang sedang jatuh cinta. Namanya juga lagi jatuh cinta, pasti rindu. Apalagi kalau tidak sering-sering bertemu. Inginnya cuma bersama-sama selalu.

Cinta tidak salah. Tapi perwujudannya bisa jadi salah. Rasanya tidak salah, tindakannya yang keliru.

Pernahkah terbersit, jika pengaplikasian caranya mencintai selama ini salah?


Salah di mana? Salah pada siapa?

Salah di mata Allah.

Apalagi saat saling mencintai sebelum berhak memiliki. Mencintai orang yang masih terlampau jauh dan masih sangat tidak berhak untuk benar-benar dicintai. Lantas, apa yang harus dilakukan?

Jika kau benar-benar mencintainya, jauhi dia dan dekati Penciptanya. Karena dengan sering bersamanya, bukan tidak mungkin kau hanya akan berkubang dalam dosa. Cari berkah dari-Nya, jangan hanya cari nyamannya. Mungkin kau tidak zina mata, zina tangan, namun sudah mungkin kau akan terjerumus dalam zina hati. Dan semakin dekat kau dengannya tanpa ikatan halal, semakin dekat dirimu dengan pintunya dosa besar. Naudzubillah.

Jika kau rindu, tahanlah dirimu. Sesungguhnya setiap orang mencintai itu pasti merindu. Jika kau ingin sering bertemu, cegahlah dirimu. Karena seringnya bertemu hanya akan memudahkan mahkluk-Nya yang terkutuk untuk menjerumuskan dirimu. Sama-sama menahan rindu, sama-sama saling memperbaiki diri, sama-sama mencegah dari perbuatan saling dosa-mendosakan.

Inilah ujiannya. Inilah rintangannya. Jangan nodai diri hanya demi kesenangan pribadi. Jika ingin mendapatkan keberkahan, mulailah dari langkah awal yang berkah. Berbagi kebaikan dan dimulai dengan kebaikan.

Saling mendoakan dan saling menjaga.

Bersama-sama menjauh untuk dipertemukan.

Insya Allah.

******

Nah, mari kita bahas tulisan di atas (nulis sendiri loh, keren ya hehehe *apasih).

Hm, soal cara menanganinya, setiap orang pasti mempunyai pandangan dan tindakan yang berbeda. Kalau dari penulis, sibukkan diri sih terutama. Banyak-banyak mengingat Allah, sering-sering kembali pada-Nya. Lalu dengan melakukan hobi yang bisa mengalihkan pikiran, menulis misalnya (hehe), mengembangkan potensi diri. Diusahakan supaya rasa itu tidak sampai diubah menjadi tindakan yang menjurus ke orang yang dituju.

Oh iya, yang dimaksud menjauh itu bukan memutus tali silaturahim ya. Tapi, menjauh dari perbuatan-perbuatan yang dapat menjerumuskan. Dan juga menghindari rutin chat-an, SMS-an, telponan, apalagi video call-an (parah ini). Pokoknya, seperlunya saja lah. Jangan sampai diremehkan hal-hal yang seolah kecil begini. Karena hal besar pun dimulai dari hal yang kecil-kecil :'''

Itulah ujiannya. Itulah tantangannya. Jadi, mari dihadapi!

Ngomong, eh nulis memang gampang. Padahal kalo ngerasain sendiri, gak kebayang susahnya gimana T_T
Tapi, jangan hanya karena susah jadi diabaikan, lebih sedih lagi itu.

Hm, untuk kali ini sepertinya sekian dulu post singkatnya. Belum selesai sih, tapi bisa disambung di Part II kan? ._.v

#Jadilah pengingat untuk diri sendiri. Tegurlah dirimu jika terlalu menuruti hawa nafsu#

Terima kasih telah membaca tulisan ini ^_^

Comments

Popular posts from this blog

Mengatasi Kembung pada Kelinci

Menggambar Teknik (Part I)