Sinopsis Film Hope (2013)
Sumber : Google Pic |
Sebelumnya aku belum pernah ya bikin tulisan berupa ulasan film, selalu dari buku aja. Tapi film ini sangat bikin kretek alias patah hati, dan amanatnya itu deep banget T_T Meski telat karena film ini sudah release sekitar 7 tahun lalu, dan aku yang kudet baru aja bisa nonton film ini :')
Hope merupakan film bergenre psikologi anak dari Korea Selatan yang dirilis tahun 2013 dengan sutradara Lee Jon Ik. Segala informasi lain seperti pemeran, nama produser, setting tempat dkk bisa kalian cari dari sumber lain, karena saya hanya mengulas soal filmnya.
Film yang diadopsi dari kisah nyata ini mengisahkan tentang seorang gadis 8 tahun bernama So-Won, yang tinggal bersama keluarga sederhana yaitu ayahnya, Dong-Hoon, dan ibunya, Mi-hee.
Konflik cerita bermula ketika So-Won yang biasa berangkat ke sekolah berjalan kaki, suatu waktu di hari hujan terpaksa berangkat agak telat dikarenakan orangtuanya yang sibuk. Akhirnya So-Won berangkat berbekal payung dengan pesan dari Ibunya untuk melewati rute jalan besar saja, jangan lewat gang yang memang lebih dekat.
So-Won mengindahkan pesan ibunya dan lewat jalan besar, ketika sudah di dekat sekolah (kondisi gerbang dan jalan sepi karena hujan deras), ada seorang pria menutupi jalan dan mendekati So-Won. Pria itu berbasa-basi sebentar sebelum menyeret So-Won ke bangunan yang belum jadi untuk memerkosanya. Selain diperkosa, So-Won juga dilukai habis-habisan dari kepala hingga kakinya penuh sayatan.
Akibatnya, usus kecil So-Won dipotong sedikit, serta terpaksa hidup dengan anus buatan seumur hidup. Belum lagi trauma psikologi yang dideritanya sehingga dia tidak mampu melihat pria dewasa (bahkan ayahnya sendiri) dan terkadang bisa berteriak tanpa sebab, apalagi jika ada pemicu kenangan buruknya.
Adegan di bagian sini sangat amat menyedihkan, dan sangat relate dengan kehidupan anak-anak korban pelecehan. Sesuatu yang berkaitan dengan pelaku pasti membuat trauma berkepanjangan. Bisa wajah, bau, pakaian, bahkan suara yang mirip pun bisa membuat depresi korban.
Lalu ayah, ibu, dan kerabat-kerabat mereka berupaya setengah mati untuk membuat So-Won bisa perlahan pulih dari traumanya.
Aduuh kretek bangetlah pokoknya T_T
Payahnya, pelaku hanya dihukum 12 tahun penjara dengan dalih dia mabuk sehingga dia tidak mengingat apa pun. Bayangkan, semudah itu persaksiannya!
Korban yang tidak salah apa-apa terpaksa menderita sepanjang hidupnya, namun pelaku hanya mendapat ganjaran 12 tahun penjara. Kisah ini based on true story yang terjadi pada tahun 2008, artinya sekarang di tahun 2020, pelaku akan dibebaskan! Bukan cuma sampai situ, mereka tinggal di lingkungan yang cukup berdekatan, dengan kemungkinan saling bertemu yang tinggi.
Entah hukum dari mana yang membolehkan pelaku pelecehan, pedofil, dan pemerkosa masih layak hidup dan berbaur di masyarakat. Apakah harus menunggu hal itu terjadi pada pemuka dunia atau negara, baru hukumnya dipertajam (meski hal itu sangat mustahil, tau aja kan perlindungan untuk keluarga konglomerat itu gimana)?
Pelaku berbulu domba ini pun sedang kelayapan di masyarakat, siap melancarkan aksi kotornya. Bukan hanya perempuan, lelaki pun bisa menjadi korban. Hanya Tuhan yang tahu kejadian apa saja yang sedang terjadi pada anak-anak yang dilecehkan. Hanya Tuhan yang bisa menjaga mereka ketika keluarga dan temannya tidak bisa memberi persaksian.
Bahkan seorang dewasa yang telah mengalami pelecehan, butuh waktu untuk bisa tegar dan pulih dari traumanya, meski tidak ada namanya pulih 100%. Apalagi anak-anak yang baru belajar mencecap kehidupan, yang bahkan belum menemukan jati diri. Bisa jadi ujung-ujungnya malah bunuh diri.
Satu saja pertanyaan untuk pelaku pelecehan terhadap anak-anak, apa bedanya kalian dengan iblis?
Comments
Post a Comment