Surat untuk Indonesia



Kutanya kabar pada ujung timur Indonesia,
"Apa kabar kalian hari ini?"
Namun mereka sepi, tak ada yang menyahuti.
Rupanya tanah di sana baru saja berguguran, terbenam dalam getaran dan melahirkan reruntuhan. Belum sempat tarik napas, mereka sudah terhempas oleh ombak tinggi yang luar biasa ganas.

Kujalan sedikit ke barat, lalu bertanya,
"Apa kabar kalian hari ini?"
Ternyata tanah di sana sedang melunak, hingga kaki pun tak dapat berpijak. Gelombang bumi sedang menyuarakan amukannya, membawa serta jiwa dan raga.

Aku terdiam. Mengapa kini tanah kita berkhianat?

Kutolehkan kepala, kusaksikan para perampok berdasi sedang menggandeng tangan para pemberantas korupsi.

Lalu di belakang mereka, berdirilah para pendakwa haus harta dan takhta, yang seolah berduka namun kerjanya memanipulasi media.

Di sisi lain, kulihat para petinggi berdiri mendukung orang keji hanya karena koneksi.

Sungguh, akhirnya aku memahami. Kita tidak bisa menghakimi. Kita hanya bisa mendoakan dan memperbaiki. Selama tindakan amoral merajalela, selama itu pula bumi semakin tega.

#SuratuntukFebruari2019

Comments

Popular posts from this blog

Mengatasi Kembung pada Kelinci

Menggambar Teknik (Part I)