Narnia - My Other World



Setelah dipenuhi kesibukan-kesibukan kuliah dan lain-lain, tidak terasa aku pun merasa sudah mencapai titik jenuh. Bosan. Hanya itu yang kurasakan setiap melihat laporan, tugas, UTS, dan bahkan sekarang menjelang UAS. Ditambah hal-hal lain yang membuatku cemas, gugup, atau pusing sendiri dan tidak tahu mau berbuat apa. Dan karena kebosanan itu, aku mulai mencari hal-hal yang dulu mewarnai hidupku.

Aku hampir lupa, kalau aku dulu punya dunia yang sangat amat kusenangi. Hanya film memang. Tapi aku benar-benar ingin jika film itu adalah kenyataan. FIlm ini, satu-satunya film yang masih membuatku terkagum-kagum (bahkan menjerit) setelah menontonnya lebih dari 20an kali.

Narnia. Mungkin beberapa dari pembaca sudah pernah mendengarnya, karena film ini dulu cukup terkenal. Mungkin kurang wajar jika aku bilang, ya, aku ingin ke sana. Aku tidak mau memungkirinya meski di usiaku yang sudah dewasa ini. Aku sungguh ingin jika aku memang bisa ke sana. Ke dunia lain, di mana di sana kita bisa berbicara dengan hewan, tumbuhan, bahkan bintang. Ke dunia di mana kita hidup dengan penuh tantangan namun begitu asri dan indah.

Aku tidak tahu mau menulis apa tentang film ini. Karena ya, film ini tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Terlalu indah, bagiku. Ohya, film ini terdiri dari 3 sekuel The Chronicles of Narnia. Yang pertama  berjudul The Lion, The Witch, and The Wardrobe. Yang kedua, Prince Caspian. Yang ketiga, The Voyage of The Dawn Treader. Dan aku sangat menanti yang keempat, jika memang akan dilanjutkan.

Sewaktu masih SMP, sering aku bermimpi berada di Narnia -  dunia kecil penuh fantasiku. Aku berburu novelnya, VCD nya, behind the scene-nya, semuanya. Ya, memang aku bisa dibilang tergila-gila dengan film ini.

Dan setelah kuliah, aku sangat jarang memimpikan dunia kecil ini lagi. Aku bahkan mengira, kesenanganku terhadap Narnia hanya sebatas kesenangan anak-anak yang akan menghilang seiring berjalannya waktu. Namun, setelah tadi malam aku menonton ulang sekuel keduanya, hal-hal yang dulu kurasakan bangkit kembali. Aku merasa... damai. Bahkan bisa dibilang, aku merasa seperti pulang ke rumah.

Mendengar soundtrack-nya, alur ceritanya, dialog-dialognya, terasa seperti aku kembali lagi menjadi anak-anak polos yang bermimpi di dunia fantasi. Aku merinding, sedih, gembira, terharu, seolah aku memang ada di sana. Berlebihan, ya? Tapi memang begitu keadaannya.

Saat melihat film ini berakhir, aku merasa sedih. Aku merasa, jika saja aku memang bisa ke sana, aku tidak bakal kembali. Aku akan tetap di sana untuk selama-lamanya, di dalam dunia kecil yang sangat membahagiakan. Jujur saja, sekarang pun aku masih berharap suatu hari akan ke sana. Benar-benar berada di sana. Aku sudah terlanjur cinta dengan Narnia, duniaku yang lain.

Jika saja bisa ya...

Comments

Popular posts from this blog

Mengatasi Kembung pada Kelinci

Menggambar Teknik (Part I)